Senin, 09 Juni 2014

"Ilah" dalam belajar

Belajar, adalah bentuk ibadah bagi seorang pelajar. Belajar yang diniatkan untuk meninggikan kalimat Allah SWT di muka bumi. Belajar apapun itu. Eksak, sosial, bahasa, kejuruan, agama, dan sebagainya. Terbayangkah oleh kita, profil pelajar yang bagaimana yang meniatkan belajarnya untuk mengharumkan Islam?
 Tentu saja, pelajar yang dia juga faham tentang Dien nya. Pelajar yang begini, dijanjikan Syurga oleh Allah SWT.

 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan  dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”

Sekarang ini, banyak pelajar yang "terjebak" dengan rutinitas sekolahnya.  75% waktunya, mereka habiskan di sekolah. Bahkan, banyak dari mereka yang kemudian mengikuti kursus dan bimbel, karena merasa kurang memahami pelajaran disekolah. Ada juga yang beralasan karena mengejar target nilai raport. Agar nilai raport bagus, sehingga nanti bisa terjaring seleksi undangan di universitas terkenal. Ada juga yang beralasan karena ingin membahagiakan orang tua, ingin menjadi kebanggaan orang tua. Hati-hati! Hal seperti ini adalah jebakan kemusyrikan juga. Belajar seperti ini  telah menjadi "Ilah".
Berapa persenkah waktu yang mereka habiskan  untuk mempelajari Diennya?

Miris sekali melihat potret pendidikan kita. Siswa dipaksa untuk mempelajari materi-materi dan menunaikan tugas-tugas yang pada hakekatnya jadi menjauhkan mereka dengan Rabbnya.
Padahal, sejatinya, pendidikan itu haruslah bertujuan agar murid-murid kita mengenal dan dekat dengan Rabbnya.

Lalu, apa solusi dari permasalahan ini? Jawabannya adalah berikan waktu kita untuk mempelajari Dien. Langkahkan kaki kita sesuai tuntunan Iman dan Islam.

Wallahu 'alam bishshawab

2 komentar:

  1. Idealnya yang mengajarkan dien adalah ayah, sebagaimana Luqmanul Hakim. Jika ayah tak bisa, tentu jadi tugas ibu dan orang dewasa di sekitarnya. Sekolah kan hanya mitra, tak kan pernah jadi yang utama. Begitu kabarnya, Ma'am. Inspiring post!

    BalasHapus
  2. Betul banget Mak.. masalahnya, anak-anak kita berada di lingkungan sekolah juga ya.. Idealnya, sekolah juga, sebagai mitra dalam mendidik anak, mempunyai tujuan dan langkah yang sama dalam mendidik anak.
    Makasih Mak. ternyata saya punya secret admirer juga heheh....

    BalasHapus

Dalam Kenangan

Perawakannya mungil dengan sebuah kacamata minusnya tutur katanya selalu menimbulkan rasa rindu untuk bertemu selalu tersenyum saat ...