Minggu, 22 Januari 2017

Serpihan kisah di Adelaide (3) : Dimana-mana bersih

Kebersihan adalah idaman setiap manusia. Saya termasuk yang cerewet tentang kebersihan. Saya rela memberikan sekian menit untuk tidak mengajar jika kelas masih kotor. Saya minta siswa untuk menyapu kelas atau mengambilkan sampah yang tercecer di kelas. Keep your classroom clean, adalah aturan pertama di kelas bahasa Inggris.

Banyak kisah menarik yang saya dapatkan di Adelaide yang berkaitan tentang kebersihan. Saya jarang melihat Ibu HF saya  melap barang-barang di rumahnya.  "Melantai" pun hanya seminggu sekali saja, disaat weekend. Bahkan buah-buahan yang disimpan diatas mejapun bisa kita makan langsung tanpa dicuci terlebih dahulu. Mengapa? karena bersih, bebas polusi.  

Langit selalu bersih, selalu biru... bersih dari polusi asap. 

Bahkan, tanaman dipinggir jalanpun memiliki daun-daun yang tumbuh menghijau dan subur, bersih, seperti yang dilap saja. 

Pengolahan sampahpun sudah sangat tertib dan serius dikelola. Para warga dengan penuh kesadaran, memilah dan memilih sampah. Pemerintahpun mengelolanya sesuai ketentuan. 

Dipantai? subhanalloh... birunya langit dan bersihnya pantai dari sampah, mengundang datangnya burung-burung laut untuk bercengkrama. Selalu menimbulkan kerinduan ...

Merpati-merpati jinak dijalanan Adelaide city...












Seorang petugas kebersihan di jalanan Rundell mall. Perhatikan kendaraan yang digunakan.. itu adalah sebuah "sapu modern"
See ? Daun dari tanaman sepanjang jalanan,  bersih dari debu/polusi


Minggu, 08 Januari 2017

Serpihan kisah di Adelaide (2) : Tas bagasi baru :)))

Hanya sembilan belas hari saya tinggal di Adelaide, Australia Selatan, tepatnya di jalan Kingfisher Semaphore, namun saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dan berkesan bagi hidup saya.
Tentunya tidak bisa saya ceritakan semuanya secara langsung di catatan ini. Hmm..... akan saya kisahkan setahap demi setahap saja ^ _ ^

Perjalanan dengan pesawat Boeing yang bisa menampung penumpang sekitar 300 orang ini adalah penerbangan saya yang pertama. Kami berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pada Rabu,  23 November 2016 dengan menggunakan Qantas Airways QF 743. Namanya penerbangan pertama, tentulah memberikan sensasi tersendiri bagi saya mulai dari masuk ke bandara, pemeriksaan bagasi, tiket, take off,  transit, landing, dll.

Satu pengalaman yang sangat menarik bagi saya adalah ketika saya tiba di bandara Adelaide. Kami tiba di bandara kurang lebih pukul 9 malam waktu Australia. Saat itu saya  sedang menunggu bagasi. Saya terkejut ketika melihat tas koper saya sebelah rodanya terlepas begitu saja. langsung terfikir kalau saya harus membeli koper baru dengan harga yang lumayan di Adelaide ini. Ibu Host Family (HF) saya lamgsung menyuruh saya untuk melaporkan ke bagian baggage claim. Awalnya saya bilang biar saja, masih bisa dipakai hehe. Biarlah saya membeli koper baru dengan  harga yang terbayang melangit sih hehe....
Tapi beliau tetap meminta saya untuk melaporkan kerusakan koper itu.

Ternyata bukan saya saja yang mengalami hal serupa. Salah seorang teman saya, Bu Enung, lebih parah lagi. Kopernya entah kemana alias tidak ada. Nah lho....??
Oia, saya dibantu juga oleh pak Tomy V. Bawulang, seorang tim KEI (Knowledge Exchange International) ketika melaporkan kejadian ini.  Selama perjalanan ke rumah, saya terus berdoa semoga pihak Qantas mau memperbaiki atau mengganti koper itu. 

Alhamdulillah, besoknya, ibu HF saya mengantarkan saya ke sebuah toko tas. Disana saya diberikan koper baru karena koper yang rusak tidak bisa diperbaiki lagi. Luar biasa pelayanan dari pihak Qantas ini. Salut atas tanggungjawab dan respon mereka  yang cepat dalam melayani keluhan penumpangnya.  Pun, koper teman saya yang jalan-jalan dulu entah kemana, akhirnya dapat kembali kepada pemiliknya.

Koper baru

Koper yang rusak

Sekedar tips nih : Jika pembaca mengalami kejadian serupa dengan saya, alangkah baiknya jika langsung menyampaikan keluhan pada saat itu juga ada pihak terkait.


Senin, 02 Januari 2017

Serpihan kisah di Adelaide (1)

Menjadi bagian dari orang-orang terpilih yang akan berangkat ke Adelaide adalah hal yang tak pernah saya bayangkan. Hambatan itu sudah ada dari awal. Namun berbekal semangat dari diri dan juga beberapa rekan, dengan niat yang lurus, saya ikut langkah demi langkah menuju Adelaide, Australia Selatan.

Hidup di negeri orang selama kurang lebih 19 hari, mulai 23 November - 11 Desember 2016, tentulah menjadi kepingan yang sangat berharga dalam hidup penulis.  Menjadi bahan cerita pada anak cucu dengan harapan bisa berbagi hikmah dan ibroh bagi semuanya.

kisah inipun akan menjadi bagian dari blog saya selanjutnya. Insya Alloh, menjadi tempat berbagi bagi para pembaca.
Kampus University of Adelaide, tempat kami mendapatkan ilmu selama pelatihan.



Dalam Kenangan

Perawakannya mungil dengan sebuah kacamata minusnya tutur katanya selalu menimbulkan rasa rindu untuk bertemu selalu tersenyum saat ...