Sabtu, 21 September 2013

Dengarlah....

Waktu itu, disaat senggangku...

Seorang anak didikku menghampiriku. Matanya berkaca-kaca. Kentara sekali ada gumpalan kelam di matanya. Kusapa dia. Dia tersenyum dengan terpaksa.Namun tidak ada jawaban dari bibirnya. Kutanya kali kedua, kali ini dia memelukku erat. Kubiarkan dia menangis. Aku tahu, ada beban berat yang dia rasakan. Setelah tenang, kembali kutanya. Kali ini, dia bilang singkat. Orang tuanya.

Dia keluhkan ketika dia merasa orang tuanya menekannya dengan mengharuskannya mencapai nilai yang tinggi di kelasnya. Bahwa dia merasa orang tuanya lebih mementingkan akhir daripada proses. Dia merasa takut ketika nilai yang dia dapatkan tidak sesuai dengan harapan orang tuanya. Bukankah tujuan kita belajar itu adalah supaya kita bisa, Bu? Bukan hanya sekedar mendapat nilai? katanya dalam isaknya.

Saat itu, butuh waktu bagiku untuk menyampaikan kalimat demi kalimat untuknya. Aku sampaikan padanya cerita tentang murid-muridku yang lain. Kukatakan padanya: bahwa ada muridku yang nilai sehari-harinya tidak bagus, tapi ketika ujian dia dapatkan nilai sempurna. Banggakah aku? aku bilang padanya: TIDAK. Tidak ada rasa itu muncul dalam diriku. Justru dengan begitu sebetulnya dia punya beban moral mempertanggungjawabkan nilai yang dia dapat. Namun, ada juga muridku yang nilai ujiannya pas-pasan tapi dia bisa masuk ke sekolah favorit dengan sukses, karena dia lulus dalam testing. Karena dia memang faham ilmunya. Dan setumpuk kalimat terlontar dari mulutku.

"Aku ingin mengungkapkan pendapatku ini pada mereka, Bu", isaknya. "Tapi, hanya rasa takut yang muncul,' lanjtnya.
"Kapan mereka bisa ngertin aku? Aku merasa tertekan dengan keadaan ini. Bagaimana aku bisa belajar sementara hatiku tidak tenang?".

Apalagi yang bisa kuperbuat? selain aku sampaikan padanya untuk terus berdo'a pada Sang pemilik hati orang tuanya. Semoga Dia membukakan hati orang tuanya untuk mau mendengar jeritan hati anaknya. Semoga Dia mendekatkan kembali kedua orang tuanya dengan anaknya. Dan semoga dia bisa tetap sabar dan kuat menjalani hari-harinya. Semoga Dia juga menanamkan pemahaman yang benar dalam jiwanya, samapai kapanpun.

Amin.... ya Robbal Alamin. Semoga para orang tua, termasuk saya, bisa  dan mau mendengarkan suara anak-anaknya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam Kenangan

Perawakannya mungil dengan sebuah kacamata minusnya tutur katanya selalu menimbulkan rasa rindu untuk bertemu selalu tersenyum saat ...