Rabu, 15 Januari 2020

Bahagianya Diri

Ketika telepon genggam berdering. Seorang murid ternyata. Dia kabarkan bahwa dia diterima diperguruan tinggi idamannya. Alhamdulillah, bahagianya diri ini. Merasa masih dianggap dan diterima sebagai gurunya 4thn lalu...
Ketika sebuah pesan singkat datang. Dia kabarkan, belum bisa menjadi yang terbaik hanya karena belum rezekinya masuk sebuah Perguruan Tinggi Negeri, ah, Nak, itu hanya masalah waktu. Curahan hatipun saling berbalas. Alhamdulillah, bahagianya diri ini. Masih menjadi temannya disaat dukanya.
Ketika waktu pulang telah tiba, dihentikan oleh sebuah panggilan santun. Seorang murid ternyata. Dia kabarkan bahwa dia mampir untuk bertemu denganku. Menghabiskan waktu untuk berkisah perjalanannya. Alhamdulillah, bahagianya diri ini. Merasa sebagai ibunya, walau bukan aku yang melahirkannya.
Ketika bel istirahat berbunyi, teriakan lantang bersahutan. Tangan-tangan kanan mengulurkan untuk saling bersalaman. Diiringi tawa canda dan senyuman penuh keridhoan. Alhamdulillah, bahagianya diri ini.
Ketika waktu terasa sempit, disibukkan dengan jadwal latihan tambahan. Semangat dan keinginan kuat yang ada dalam jiwanya. Proses yang terpenting. Kalah tetap sebuah prestasi. Menang adalah rezeki dariNya. Tetap tersenyum saja. Alhamdulillah, bahagianya diri ini
Tidak mengharapkan membuat mereka pintar. Hanya menginginkan lahirnya generasi sholeh/sholehah. Mengharapkan dari kelelahan dan amanah ini, akan hadir satu diantara mereka yang kelak akan menarik tanganku menuju syurgaNya. Aamiin....
Maka, bagaimana aku tidak bahagia sebagai seorang pendidik?
Februari 2016. Untuk murid-muridku terkasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam Kenangan

Perawakannya mungil dengan sebuah kacamata minusnya tutur katanya selalu menimbulkan rasa rindu untuk bertemu selalu tersenyum saat ...